Belajar dari Guru SD
Jelang masuk sekolah, admin grup Whatsapp kelas Oryza masukkan nomor baru, Pak Wawan, Wali Kelas Ory yang baru. Semua orang tua murid di grup berkenalan dengan Pak Wawan.
Tbh, saya belum tahu Pak Wawan itu yang mana orangnya. Berhubung Mah Ory ini emak-emak yang gak gaul di sekolah, guru-guru Ory yang saya kenal hanya Bu Indri (guru kelas 1 dan 2), Bu Ii (guru agama), Pak Reza, Pak Andi dan Pak Otong (guru olahraga).
Saat kenaikan kelas yang lalu, ada 3 guru laki-laki yang jadi panitia, 2 di antaranya saya kenal yaitu Pak Reza dan Pak Andi. Berarti yang satunya inilah Pak Wawan.
Di grup Whatsapp, Pak Wawan memperkenalkan diri dan disambut hangat oleh semua emak-emak.
Beberapa hari kemudian, Pak Wawan minta data diri siswa, dalam bentuk form isian di chat.
- Nama siswa: ...
- Nama ayah: ...
- Nama ibu: ...
Dan lain-lain.
Jiwa kepo-ku pun bergejolak. Mengumpulkan data puluhan orang via chat seperti ini sama dengan input manual ke dalam file excel. Kebayang gak sih ribetnya?
Saya tanya ke Pak Wawan, kenapa tidak pakai Google Form saja. Ternyata Pak Wawan mengantisipasi emak-emak yang tidak mengerti cara mengisi Gform.
Wow! Saya bahkan tidak terpikir sampai ke situ.
Baca juga: Seblak Original dan Variasinya
Sebagai emak-emak yang masih belajar jadi ibu, yang masih baru jadi orang tua murid, saya lumayan belajar dari para guru SD:
- Belajar sabar dari Bu Indri dan Bu Ii dalam menghadapi puluhan anak "lincah" di kelas
- Belajar humble dari Pak Reza yang selalu baik berhadapan dengan emak-emak cerewet
- Dan dari Pak Wawan, saya belajar untuk lebih memahami orang lain
Menjadi guru SD ternyata memang tidak mudah. Bukan hanya memerlukan kemampuan akademik, namun juga kemampuan non-akademik di dalam kelas, pun di luar sekolah. Terimakasih Pak Guru, Bu Guru, bukan hanya mengajar muridnya namun juga memberi pengalaman baru untuk Mah Ory.
Teman-teman punya cerita apa nih tentang guru di sekolah anaknya? Yuk tulis di kolom komentar!
Wah keren banget pengalamannya. Gak kebayang kalo ngajar beberapa siswa yang "bandel" di kelas. Mantap bu.
Iya 😁
Mengantipasi kesulitan yang mungkin akan dihadapi karena ketidakmengertian. Hal yang sama diterapkan dalam webseite-website milik pemerintah, yang lebih mengutamakan fungsi ketimbang penampilan hehehe.
Tapi yang ingin saya katakan dan tambahkan adalah, hal yang sama juga harus dilakukan oleh guru kepada tiap peserta didiknya, karena banyak diantaranya guru hanya terfokus pada siswa-siswa yang dianggap 'cepat paham', ketimbang mengidentifikasi beberapa murid lainnnya yang 'tertinggal paham'.