Pengalaman Membersamai Pemasangan Pessarium Ring pada Lansia

Sudah tahu apa itu prolaps uteri dan pessarium ring? Berikut ini adalah pengalaman saya membersamai pemasangan pessarium ring pada lansia. 

Akhir 2022 Mamah saya yang sudah tidak muda lagi mulai mengeluhkan sesuatu di bagian kewanitaan, pada saat jongkok terasa ada yang menonjol. Saat itu kondisinya belum terlalu mengganggu. Saya menyarankan Mamah untuk periksa ke dokter kandungan (DSOG) namun urung lanjut dengan alasan malu. Saya mulai coba googling dan hasil yang didapat adalah kemungkinan prolaps uteri

Hingga di akhir 2023 tonjolan tersebut mulai mengganggu saat akan buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK). Kloset di rumah Mamah memang kloset duduk, namun saat berkunjung ke rumah kerabat yang hanya tersedia kloset jongkok, hal itu sangat mengganggu. 

Kami ngobrol dengan seorang teman yang juga perawat di RSUD, katanya bisa dirujuk pakai Askes (BPJS Kesehatan). Dan, dengan segala tekad Mamah pun memberanikan diri untuk meminta rujukan dari fasilitas kesehatan pertama. 


Sumber: Google

Rujukan

Dokter umum di fasilitas kesehatan pertama ini ternyata sangat ramah dan langsung memberi surat rujukan setelah anamnesis tanpa pemeriksaan fisik. Katanya nanti hanya akan dipasang ring, tidak harus operasi, namun DSOG-lah yang akan menentukan. 

RS rujukan yang tersedia dalam sistem BPJS ternyata ada yang lokasinya di depan gerbang perumahan, dan kami pun memilih RS tersebut. Dulunya RS ini adalah klinik bersalin milik seorang DSOG, lalu berubah jadi RSIA, kedua anak saya pun lahir di situ, dan beberapa bulan yang lalu naik jadi RS. 



Sumber: Google

Pemeriksaan pertama

Dengan membawa surat rujukan dan KTP, kami daftar di loket pendaftaran. Tanpa isi formulir ini-itu, cukup pindai sidik jari pasien, langsung dapat nomor antrian di poli Obgyn. Setelah itu di depan poli Obgyn di-anamnesis lagi oleh perawat, diukur tensi darah dan timbang badan. 

Menunggu sampai 2 jam, akhirnya dipanggil ke ruangan dokter. Dilakukan USG perut dan transvaginal. Dokter menjelaskan bahwa yang terjadi pada Mamah saya adalah prolaps uteri, yaitu kondisi turunnya uterus ke dalam vagina. Kondisi ini disebabkan oleh kelemahan otot dasar panggul dan peregangan jaringan penyangga. Prolaps uteri dapat terjadi pada wanita dari segala usia, tetapi lebih sering terjadi pada wanita yang telah menopause, lanjut usia dan atau banyak melahirkan. 

Penanganan yang akan dilakukan adalah dipasang alat bernama "pessarium ring", alat medis yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menopang uterus dan dinding vagina. Alat ini tersedia dalam berbagai ukuran, harus menggunakan pessarium ring dengan ukuran yang sesuai. 

Sayangnya alat ini tidak tersedia di RS ini, jadi harus beli di apotek. Saya tidak tahu sesungguhnya apakah pessarium ring di-cover BPJS atau tidak. Bidan yang mendampingi memberi Surat Kontrol untuk dibawa pada saat pemasangan. 


Sumber: Google


Pemasangan pessarium ring

Ternyata alat ini tidak tersedia di apotek di sekitar tempat tinggal kami, dan harus ke Bandung Kota untuk mendapatkannya, dan memilih yang berbahan silikon. 

Setelah mendapatkan alat ini, kami daftar lagi ke RS dengan menyerahkan Surat Kontrol. Kali ini antriannya tidak terlalu banyak. 

Di samping ruangan dokter, ada ruangan dengan tempat tidur. Pessarium ring disterilkan dulu selama sekitar 5 menit lalu dipasangkan oleh bidan dan dicek lagi oleh dokter. 

Mamah saya tidak mengeluhkan sakit atau rasa tidak nyaman lain, hanya sekedar terasa ada sesuatu yang mengganjal, namun tidak mengganggu. 


Pasca pemasangan

DSOG dan bidan tidak ada menyarankan perlakuan khusus pasca pemasangan. Hanya sekedar mengingatkan kalau sampai ada sesuatu sebaiknya kembali kontrol saja. Normalnya untuk awal pemakaian 1 minggu, kemudian 1 bulan dan berikutnya setiap 3 bulan. Berhubung memakai BPJS, maka durasi kontrol yang diijinkan menggunakan BPJS itu 3 bulan kemudian. Bila ingin kontrol sebelum itu, maka harus pakai umum. 

Semoga pengalaman saya membersamai pemasangan pessarium ring pada lansia ini dapat bermanfaat untuk teman-teman yang juga punya orang sepuh, agar tidak perlu merasa enggan memeriksakan kesehatannya ke dokter. 

Apakah teman-teman punya pengalaman yang mirip dengan saya? Silakan share pengalamannya di kolom komentar. 



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url